Ticker

6/recent/ticker-posts

Malas Berjuang Apa Sudah ikhlas Putus ?


Sebagian orang menganggap, melepas orang yang dicintai merupakan tanda ketulusan dan pengorbanan. Di sisi lain, konsep seperti itu dinilai klise dan tak masuk akal.  


Ada dua kemungkinan saat seseorang melepas orang yang dicintai, tulus tanpa menuntut atau sekadar malas berjuang. Pada dasarnya, rasa ingin memiliki dan menjaga sejalan dengan perasaan cinta. Lantas, jika ada yang semudah itu melepas orang yang dicintai, jangan-jangan dia sebenarnya cuma malas berjuang alias tak sepenuhnya sayang?

Gracia Ivonika, M. Psi., Psikolog memberikan pandangannya. Cinta tidak harus memiliki sebenarnya bisa menjadi bentuk rasionalisasi atas perasaan yang tidak terbalas. Selain itu, konsep ini juga terjadi karena berbagai hambatan yang membuat si A dan B tidak bisa bersama, meski saling mengasihi.

“Secara personal, cinta tidak harus memiliki bisa dimaknai seperti ini: saat hubungan tidak bisa dipaksakan, bukan berarti perasaan cinta dan kepedulian itu harus langsung dibuang. Mungkin bisa diungkapkan dalam bentuk lain yang bisa diterima dan sesuai dengan batasannya,” sambungnya.

Malas memperjuangkan cinta sepertinya bukan alasan utama di balik rasa ikhlas melepaskan orang yang kita cintai. 

“Karena, memang benar, tidak ada kata malas untuk memperjuangkan cinta. Hal itu sudah menjadi dorongan internal alami yang sifatnya menyenangkan dan tak bisa diganggu gugat,” kata Gracia.

Sebelum melepas atau memperjuangkan, biasanya seseorang ada di fase galau alias momen berpikir. 

Nah, agar tak salah dalam memutuskan, coba perhatikan hal-hal di bawah ini:

Yakin Bisa Bertaha saat Dia Dimiliki Orang Lain?

Apa yang tak dijaga, besar kemungkinannya untuk dimiliki orang lain. Sebelum Anda benar-benar melepaskannya, coba pikir lagi. 

Relakah Anda saat dia bersama yang lain? Bisakah Anda bahagia dengan keputusan tersebut dan mencari gantinya? Jika tidak, lebih baik perjuangkan dulu cinta Anda. 

Yakin Bisa Hidup Dibayangi Rasa Penasaran?

Kata “seandainya” atau kalimat pendek  “bagaimana kalau…” akan terus membayangi hidup Anda. Setiap dengar lagu-lagu bertema pengandaian seperti itu, rasanya sesak.

Rasa penasaran akan terus ada, karena orang yang dicintai sampai sekarang belum termiliki. 

Pertanyaannya, bisakah Anda hidup tenang dan tak selalu memikirkan masa lalu? Perasaan yang belum tuntas terhadap si dia bisa mengganggu hubungan Anda dengan orang lain (gebetan baru). 


“Dampaknya untuk kesehatan mental tentunya tidak baik, ya. Perasaan apa pun yang dipendam dan berusaha diabaikan justru membuat emosi itu tidak terproses dengan baik. Individu yang melakukannya akan mengalami konflik internal,” ujar Gracia. 

Orang yang selalu memendam emosinya sering merasa bersalah dan marah kepada diri sendiri. Bukan tak mungkin, hal tersebut akan berujung pada kecemasan berlebih. 

Berarti, ada dua dampak buruk yang diterima si individu. Pertama, kehilangan orang yang dicintai; dan kedua, punya masalah mental. 

Jika berani mengekspresikan perasaannya dan sempat berjuang meski ditolak, setidaknya ada satu dampak: kehilangan orang yang dicintai. Simpel, bukan?